EVALUASI PUBLIKASI
PROGRAM PENANGGULANGAN PENGANGGURAN
YANG DISELENGGARAKAN
OLEH PEMERINTAH
PADA TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pengangguran merupakan suatu ukuran
yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang
melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari
pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994).
Permasalahan pengangguran merupakan
salah satu permasalahan nasional yang telah lama dirasakan oleh bangsa
indonesia. Data statistik terakhir dari badan pusat statistik mengenai jumlah
pengangguran pada Februari tahun 2016 adalah sebanyak 7,02 juta jiwa, angka
yang sangat besar karena banyaknya pengangguran ini bahkan mengalahkan populasi
di beberapa provinsi di indonesia.
Tepatnya ada 26 provinsi di
indonesia, yang populasinya dibawah angka
7,02 juta jiwa. Ini berarti dengan total pengangguran sebanyak itu sudah
sangat mencukupi untuk mendirikan sebuah provinsi baru, tapi tentu kalau
pertimbangannyanya hanya dari sisi jumlah penduduk saja.
Walaupun trend-nya cenderung
menurun akan tetapi rata-rata jumlah pengangguran masih tinggi, yaitu berada di
kisaran angka 7 juta. Persentase pengangguran selama 6 tahun terakhirpun masih
fluktuatif belum bisa secara konsisten menurun.
Pemerintah memang telah beberapakali mengadakan program penganggulangan
pengangguran, seperti diantaranya GNP, akan tetapi dengan masih tingginya angka
pengangguran tampaknya dari sisi kuantitas perlu ditingkatkan lagi agar lebih
masif.
Selain dari sisi kuantitas,
kualitas program yang dijalankan pun perlu di evaluasi kembali agar implementasi dilapangan bisa
lebih maksimal, kekurangan-kekurangan kualtias program itu diantaranya adalah
pengawasan dan kontrol terhadap kegiatan pelatihan tersebut, Output dari hasil
pelatihan tersebut juga kurang terevaluasi, sehingga orang yang sudah
mendapatkan pelatihan tidak dapat diamati perkembangannya, padahal pengamatan
terhadap hasil didikan atau hasil pelatihan ini sangat penting, untuk mengukur
efektifitas metode pelatihan tersebut.
Akan lebih baik lagi apabila semua
pihak terlibat dalam program penganggulanganan pengagguran ini, agar terjadi hubungan
timbal balik yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu
pemerintah harus membuka akses selebar lebarnya terhadap informasi yang
dibutuhkan, atau dengan kata lain transfaransi informasi dari pemerintah mutlak
diperlukan. Masyarakatpun diharapkan bisa lebih aktif lagi dalam peran serta
terhadap penanganan permasalahan penangguran ini.
Karena apabila kita tidak segera
sadar dan bahu membahu untuk mengatasi permasalahan ini, maka bukan tidak
mungkin bencana akan timbul, mulai dari bencana sosial, bencana ekonomi,
bencana politik dan lain sebagainya. Betapa tidak karena masalah pengangguran
ini bisa memberikan begitu banyak implikasi negatif pada berbagai sektor dalam
bernegara.
Secara
makro pengangguran akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Salah
satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah apabila produksi barang dan jasa
meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan terbatasnya pendapatan yang
dihasilkan oleh pengangguran akan memaksa untuk menurunkan pula tingkat
konsumsinya. Akibatnya produksi barang dan jasa tidak terserap secara maksimal.
Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan
konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan
pendapatan setiap tahun (Tulus T.H. Tambunan, 2009).
Seseorang dikatakan sejahtera
apabila kebutuhan material, kebutuhan spitritual dan kebutuhan sosialnya sudah
terpenuhi. Dalam hal ini tentu pengangguran tidak bisa memenuhi semua kriteria
itu secara maksimal. Sementara Undang-undang Hak Asasi Manusia telah
mengamanatkan Kesejahteraan bagi setiap individu. Jadi membiarkan pengangguran
jelas merupakan pelanggaran akan Hak Asasi Manusia.
Individu pengangguran sendiri akan
menanggung beban psikis yang sangat tinggi, karena tidak adanya pendapatan
menyebabkan terhambatnya daya untuk memenuhi kebutuhan dan keingingannya. Kalau
kondisi ini terus-menerus berlangsung dalam waktu yang lama dikhawatirkan akan
ada implikasi negatif yang akan timbul, seperti stres atau bahkan tindak
kriminal.
Oleh karena itu pengangguran
merupakan permasalahan yang harus diselesaikan bersama-sama, karena kalau
dibiarkan tanpa adanya reformasi penanggulangan pengangguran, akan ada banyak
pihak yang terkena imbas negatifnya, maka dari itu harus diadakan program penanggulangannya.
Tidak sampai disitu kita juga tidak boleh lupa bahwa kuantitas dan kualitas
dari output program tersebut haruslah dilakukan semaksimal mungkin agar
kedepannya permasalahan serupa bisa diatasi dengan lebih baik lagi.
1.2. Rumusan
Masalah
Program penanggulangan yang diadakan oleh pemerintah
dirasakan masih banyak kekurangan. Tingkat pengangguran masih tinggi, dan
setiap tahun angkatan kerja terus bertambah, oleh karena itu diperlukan adanya
upaya yang lebih masif dengan kualitas yang lebih baik. Agar bisa terhindar
dari implikasi-implikasi negatif yang bisa ditimbulkan.
Berdasarkan Latar belakang yang telah dijelaskan, dapat
ditarik beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
1. Bagaimana
tingkat pengangguran di indonesia?
2. Apa saja
implikasi yang dapat timbul dari tingginya tingkat pengangguran?
3. Apa saja
Program penanggulangan yang telah diadakan oleh pemerintah?
4. Bagaimana
Efektifitas dari program penganggulangan Pengangguran yang diadakan oleh pemerintah?
5. Apa saja
kekurangan-kekurangan program yang telah diadakan?
6. Apa evaluasi
kedepan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki program-program tersebut?
1.3. Tujuan Dan
Kegunaan Penelitian
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui kondisi pengangguran di indonesia.
2. Untuk
mengetahui apa saja implikasi negatif yang dapat timbul dari tingginya tingkat
pengangguran.
3. Untuk
mengetahui apa saja Program penanggulangan yang telah diadakan oleh pemerintah.
4. Untuk
mengetahui efektifitas dari program penganggulangan Pengangguran yang diadakan
oleh pemerintah.
5. Untuk
mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan program yang telah diadakan.
6. Untuk
mendapatkan opsi untuk solusi yang mungkin bisa diterapkan di masa depan, dalam
mengatasi permasalahan yang sama.
Kegunaan dari makalah ini antara lain adalah:
1. Sebagai
upaya untuk menyadarkan semua pihak terkait akan pentingnya penanganan masalah
pengangguran.
2. Memberikan
informasi kepada pihak-pihak terkait mengenai masih banyaknya kekurangan dalam
program yang telah dijalankan oleh pemerintah. Untuk dijadikan sebagai bahan
introsfeksi bersama.
3. Memberikan
informasi beberapa alternatif opsi yang bisa dilakukan untuk menangani masalah
pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tingkat Pengangguran Di Indonesia
Menurut rilis dari Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran di indonesia pada Februaru 2016 adalah sebanyak 7,02 juta jiwa atau
turun sekitar 430.000 jiwa dibandingkan dengan data jumlah pengangguran pada
Februari tahun 2015. Dari data selama 6 tahun yaitu sejak Februari 2010 sampai
dengan Febuari 2016, pada grafik menunjukan bahwa trend cenderung menurun,
walaupun sempat terjadi kenaikan pada Februari 2014 ke Februari 2015.
Sedangkan data
yang dirilis pada bulan Agustus setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir, yaitu
sejak Agustus 2010 sampai dengan Agustus 2015 pada grafik menunjukan adanya
Fluktuasi.
Oleh karena itu
apabila keseluruhan data di gabungkan sejak Februari tahun 2010 sampai dengan
Februari tahun 2016, maka akan terlihat bahwa jumlah pengangguran hanya
mengalami penurunan secara konsisten sejak bulan Februari 2010 sampai dengan
februari 2014 saja.
Mulai dari
Februari 2013 sampai Februari 2016 trend
menjadi lebih fluktuatif, bahkan sempat terjadi tiga kali mengalami trend yang
menunjukan peningkatan pengangguran, yaitu pada februari 2014 sampai agustus
2015. Dari data di bawah terlihat bahwa tingkat pengangguran terendah berada
pada tahun 2016. Tetapi kalau dirata-ratakan angka pengangguran masih berada di
kisaran 7.5 juta jiwa.
2.2. Dampak Pengangguran
2.2.1. Dampak Ekonomi
Menurut Sadono
Sukirno (2008) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Faktor
utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para
pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut hanya akan diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual
barang yang mereka produksikan.
Semakin besar
permintaan, semakin besar pula barang dan jasa yang akan mereka wujudkan.
Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaaan tenaga kerja. Dengan
demikian, terdapat hubungan yang erat diantara tingkat pendapatan nasional yang
dicapai (GDP) dengan penggunaan tenga kerja yang dilakukan; semakin tinggi
pendapatan nasional (GDP), semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian. Menurut Arsyad (1997), Laju pembangunan ekonomi suatu negara
diukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP.
Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS), GDP/PDB dapat dihitung melalui tiga pendekatan
yaitu pendekatan Produksi, pendekatan Pendapatan, dan pendekatan Pengeluaran.
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
produksi. PDB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDB atas dasar
harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Menurut BPS, PDB
Pendekatan Pengeluaran adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan
inventori, dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
Tingginya angka
pengangguran menyebabkan terhambatnya potensi pertumbuhan ekonomi. Karena
apabila pengangguran bisa di serap menjadi tenaga kerja sebagai faktor
produksi, pengangguran tersebut akan mendapatkan pendapatan yang berupa upah.
Menurut Gilarso (2003) balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia
disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang
lembur,tunjangan, dsb). Upah tersebut bisa dibelanjakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, sehingga akan terjadi kenaikan faktor konsumsi.
Sehingga otomatis pendapatan Nasionalpun bertambah, dan menaikan pertumbuhan
ekonomi.
Hasil pengolahan
dengan model I-O oleh PKAPBN memperlihatkan bahwa penyerapan TK per satu persen
pertumbuhan ekonomi tahun 2008 adalah sebesar 437.089 jiwa. Angka ini meningkat
menjadi 503.894 jiwa tahun 2009, dan tahun 2010 meningkat kembali menjadi
547.066 jiwa. Namun tahun 2011, penyerapan TK per satu persen pertumbuhan
ekonomi diperkirakan sebesar 472.651 jiwa. Dengan demikian, rata-rata penyerapan
TK per satu persen pertumbuhan ekonomi selama periode 2008-2011 diperkirakan
sebesar 490.175 jiwa. Sedangkan menurut BAPPENAS setiap satu persen pertumbuhan
ekonomi seharusnya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 400.000 - 500.000 tenaga
kerja.
Apabila menggunakan
logika terbalik berarti setiap serapan tenaga kerja sebagai faktor produksi
sebanyak 400.000 – 500.000 jiwa, akan menaikan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1
persen. Dengan angka pengangguran sebanyak 7 juta jiwa apabila mampu dikonfersi
menjadi faktor produksi produktif maka akan menaikan pertumbuhan ekonomi
sebesar 17,5 persen.
Atau setiap
kenaikan angka pengangguran 400.000 – 500.000 akan menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi sebanyak 1 persen. Sehingga apabila terus terjadi
peningkatan jumlah pengangguran maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak ke arah
negatif.
2.2.2. Dampak Sosial
Apabila
pengangguran tidak segera ditangani bisa mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah. Ini sangat
berbahaya karena dari kemiskinan bisa muncul berbagai permasalahan yang lebih
kompleks, seperti kriminalitas, perumahan kumuh, pengamen jalanan, anak putus
sekolah, dan berbagai permasalahan lainnya.
Tidak adanya
penghasilan atau upah yang didapatkan lambat laun kehidupan pengangguran akan
bergerak mendekati kriteria kemiskinan. Ada 14 kriteria kemiskinan menurut BPS,
yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per
orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu
berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama
dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak
terlindung/ sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/
arang/ minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali
seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/
poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan
luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak
tamat SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan
minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
2.2.3. Dampak Politik
Tekanan ekonomi
yang terus-menerus menghimpit kehidupan pengangguran akan memaksanya untuk
berfikir lebih keras bagaimmana caranya agar bisa memenuhi kebutuhan dan kesejahteraanya. Kondisi
seperti ini yang bertahan lama, secara perlahan-lahan akan menyebabkan sikap
apatis terhadap politik.
Yang
lebih berbahaya adalah lunturnya idioligi politik yang dianut, karena orang
yang tengah terhimpit kesulitan akan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh
pemikiran-pemikiran dari luar. Dengan alasan bahwa idiologi saat ini tidak
mampu memberikan solusi untuk kesulitan mereka, maka akan sangat mudah sekali
apabila diiming-imingi idiologi yang memberikan solusi untuk permasalahan yang
mereka hadapi.
Salah
satu dari faktor penyebab gerakan separatis adalah karena tidak mampunya
pemerintah didalam suatu negara memberikan pemerataan kesejahteraan ekonomi.
Angka 7 juta adalah angka yang sangat besar, cukup untuk mendirikan sebuah
kota, provinsi, bahkan beberapa negara di asean jumlah penduduknya dibawah 7
juta.
Sebanyak
400 ribu sarjana termasuk diantara 7 juta pengangguran itu. Apabila terjadi
kesalahan kebijakan terhadap mereka, akan sangat berbahaya bagi pemerintah.
Sarjana yang dianggap sebagai orang terpelajar, dengan pendidikan di atas
rata-rata orang indonesia bisa menjadi dua sisi mata uang, bisa menguntungkan,
bisa juga berbahaya. Banyak negara-negara yang merdeka berawal dari
pemberontakan para sarjananya, bahkan indonesia sendiri merdeka salah satunya
dimulai dengan gerakan para sarjana yang terpelajar.
Maka
dari itu para pengangguran perlu dirangkul dan diberikan solusi bagi
permasalahan yang mereka hadapi. Kebijakan politik yang benar-benar tepat
mutlak diperlukan, persamaan Hak harus diberikan. Agar instabilisasi politik
tidak terjadi.
2.3. Program Pemerintah Dalam Menangani Pengangguran
Sesuai dengan
intruksi presiden no: 3 tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government, Institusi-institusi terkait Pemerintah dituntut agar
bisa mengikuti perkembangan teknologi khususnya pada bidang informasi dan
komunikasi. Agar tercipta pemerintahan yang memiliki sistem informasi manajemen
yang baik.
Website
merupakan salah satu teknologi dibidang informasi dan komunikasi, maka dari itu
sudah sepatutnya institusi pemerintahan memiliki website sendiri sebagai sarana
untuk memberikan pelayanan publik yang lebih optimal, dengan cara memberikan
publikasi informasi dan menerima aspirasi dari masyarakat.
Melalui
fasilitas pencarian yang terdapat didalam website bisa dicari program atau
informasi yang ingin diketahui. Ada 5 kementerian yang memiliki publikasi
terkait dengan pengangguran pada tahun 2016, yang ditelusuri melalui laman
fasilitas pencarian pada masing-masing websitenya.
Dari 30
kementerian diluar kemenertian yang ada didapatkan beberapa kementerian yang
memiliki penelusuran peterkait dengan masalah pengangguran.
Kementerian-kementerian tersebut antara lain adalah:
1. Kementerian Keuangan
Publikasi tahun
2016 terkait pengangguran sebanyak 3 informasi, masing-masing dengan judul:
• APBN
2016
Mempercepat
Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Pondasi Pembangunan yang
Berkualitas. Pengangguran 5,2 - 5,5 (%).
• Tax
Amnesti
Jadi dari satu
sisi adanya tax amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat membantu upaya
pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi
pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan.
• [VIDEO
NEWS] - WAWANCARA EKSKLUSIF MENTERI KEUANGAN: KEBIJAKAN TAX AMNESTY TAHUN 2016
Jadi dari satu
sisi adanya tax amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat membantu upaya
pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi
pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan.
2. Kementerian ESDM
Publikasi tahun 2016 terkait
pengangguran sebanyak 2 informasi, masing-masing dengan judul:
• Presiden
Jokowi : Listrik Dibutuhkan Rakyat
Presiden
menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi beberapa negara, yakni Korea
Selatan, Rusia dan Jepang. Saat berkunjung itu, lanjut Presiden, banyak yang
memuji Indonesia karena memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik dan dapat
bertahan dalam situasi dimana hampir semua negara mendapatkan masalah.
"Ada yang pertumbuhannya minus, ada yg pertumbuhan 1-2 persen, shingga
banyak pengangguran," tutur Presiden.
• MESDM
: Daya Tarik Investasi Industri Migas Harus Diperbaiki Secara Radikal
Ditambahkannya,
tekanan harga minyak tersebut juga menyebabkan potensi produksi minyak dunia
sebesar 2,9 juta barel per hari juga mengalami penundaan dan aktifitas ekonomi
yang lesu menyebabkan meningkatnya pengangguran, turunnya pendapatan masyarakat
dan melemahnya permintaan produk barang dan jasa. “Investasi migas Indonesia
pun turun 22% dari US$ 22 miliar tahun 2014 menjadi US$ 18 miliar tahun 2015
akibat penundaan dan pengurangan kegiatan usaha hulu migas,” ujar Sudirman.
3. Kementerian PU
Publikasi tahun
2016 terkait pengangguran sebanyak 1 informasi, dengan judul:
• SEKTOR
KONSTRUKSI DAN BIDANG PU DAPAT DIANDALKAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA
PRODUKTIF
Sektor Riil
Untuk Menciptakan Lapangan Kerja, Perhatian Pemerintah Indonesia dalam
mengatasi permasalahan pengangguran merupakan salah satu prioritas yang
dirumuskan dalam new deal pembangunan ekonomi sesuai prinsip triple track
strategy: pro-growth, pro-job, dan pro-poor, khususnya track kedua yang
menyatakan perlunya menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja.
4. Kementerian Ristek Dikti
Publikasi tahun
2016 terkait pengangguran sebanyak 3 informasi, masing-masing dengan judul:
• 4
Mahasiswa Adik Papua Diwisuda di Unhalu
Sebagaimana kita
pahami bahwa selain keberhasilan pembangunan, kita pun masih menghadapi
tantangan besar yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Masalah tersebut adalah
tingkat kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi mencapai 28,51 juta orang
(11,13%; BPS 2015), pengangguran (6,18%; BPS 2015) serta kebodohan dan
keterbelakangan yang belum dapat dituntaskan.
• Mahasiswa
Harus Siap Hadapi MEA
Dalam Seminar
tersebut Nasir berpesan kepada para mahasiswa agar selalu menjadi motor utama
pembangunan dan menjadi pencetus lapangan pekerjaan. “Mahasiswa setelah lulus
nantinya tidak hanya menjadi pencari pekerjaan. Tapi juga harus menjadi kreator
lapangan pekerjaan, mengingat pengangguran yang masih cukup banyak di
Indonesia”, pesan Nasir.
• KPK
di Tengah Pesimisme Publik
Disamping itu
publik juga masih mengontrol dan meneropong bagaimana sikap, tindakan dan
penanganan terhadap masalah-masalah mega korupsi di bumi pertiwi ini (misalnya
kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia – BLBI, Kasus Bank Century, dll) yang
menjadikan bangsa ini menderita dengan banyak hutang dan pengangguran serta
kemiskinan yang kian nyata bagi rakyat di Indonesia yang telah “mulai”
ditangani oleh komisioner KPK jilid III.
5. Kementerian Tenaga Kerja
Publikasi tahun
2016 terkait pengangguran sebanyak 12 informasi, masing-masing dengan judul:
• BLK
Terbukti Kurangi Pengangguran
Salah satu upaya
pemerintah pusat untuk mengurangi angka pengangguran adalah mendorong
memaksimalkan peran Balai Latihan Kerja (BLK) di tingkat daerah. Pasalnya,
keberadaan BLK memang terbukti telah mampu memberi peluang kerja dan
menciptakan skill bagi pencari kerja.
• Pemerintah
Terus Tekan Angka Pengangguran Melalui Job Creation
Salah satunya
adalah meningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia melalui job
creation. Langkah tersebut merupakan strategi pemerintah untuk menekan angka
pengangguran dengan cara menumbuh-kembangkan kewirausahaan dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Indonesia.
• G20
Employment Working Group Ke-IV Sepakat Atasi Pengangguran Kaum Muda
"Pengangguran
usia muda perlu mendapat perhatian serius di kalangan pekerja, serikat pekerja
dan pengusaha, tidak hanya pemerintah. Peningkatan keterampilan tenaga kerja
dan program pelatihan kerja yang inklusif, merupakan salah satu solusi yang
bisa diambil," tambah Dirjen Haiyani.
• Pertemuan
G-20 Beijing: Pemerintah Akan Kurangi Pengangguran.
Salah satu cara
pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk
mengurangi pengangguran adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan kerja
untuk orang-orang yang belum bekerja di Balai Latihan Kerja (BLK). Beberapa
jenis pelatihan yang diminati diantaranya, otomotif, las, bangunan kayu dan
batu, elektonik, komputer, teknologi informasi, menjahit, kerajinan tangan, dan
pertanian.
• Tekan
Angka Pengangguran, Kaltim Optimalkan Peran BLK
Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya untuk menekan angka
pengangguran di Bumi Etam tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah
memberdayakan Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada saat ini. BLK dioptimalkan
oleh Pemerintah untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing masyarakat,
sehingga memudahkan masyarakat terserap ke dunia industri ataupun pasar kerja.
• Hanif
Dhakiri: G-20 Harus Berkomitmen atasi Pengangguran Kaum Muda
Pertukaran
informasi yang berkeadilan antara negara anggota G-20 sangat diperlukan di masa
yang akan datang. Komitmen ini penting dalam upaya bersama untuk mewujudkan
pengurangan pengangguran kaum muda yang dewasa ini menjadi tantangan dunia.
• Pengangguran
Di Indonesia Berkurang
Jumlah angka
pengangguran di Indonesia berkurang pada tahun 2016 ini. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2016
berkurang 430.000 orang, dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2015.
• Kerja
Sama Dengan Perancis Tekan Angka Pengangguran
Dalam rangka
menekan angka pengangguran dan meningkatkan keterampilan generasi muda,
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terus mengembangkan pelatihan kerja
termasuk melalui program pemagangan yang beberapa waktu lalu sudah ditetapkan
menjadi salah satu program unggulan Kemnaker.
• Kurangi
Pengangguran, Disnaker Bekasi Adakan Latihan Wirausaha
Pada umumnya
masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sering disibukkan mencari pekerjaan
melalui informasi lowongan kerja. Untuk membantu masyarakat agar lebih mudah
mendapat pekerjaan, Dinas Tenaga Kerja (Dinaker) Kota Bekasi melakukan berbagai
pelatihan kerja. Selain dapat membantu meningkatkan kemampuan (skill),
pelatihan kerja yang diadakan diproyeksikan juga dapat menjadi opsi untuk
berwirausaha.
• 4
Strategi Kemnaker Perluas Kesempatan Kerja & Tekan Angka Pengangguran
Tidak ada
tulisan yang menjelaskan judul tersebut.
• Tekan
Angka Pengangguran, Menaker Genjot Industri Padat Karya
Mengembangkan
industri padat karya merupakan salah satu cara untuk menekan angka pengangguran
di Indonesia. Hanya saja, perkembangan industri padat karya saat ini sedang
mengalami kelesuan.Oleh karena itu, Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M.
Hanif Dhakiri meminta kepada pemerintah daerah untuk ikut mengembangkan industri
padat karya.
• Permasalahan
Ketenagakerjaan Saat Ini Adalah Pengangguran
Hanif pun
mengakui jika masalah ketenagakerjaan saat ini ialah banyaknya pengangguran.
Dia pun mendorong agar Sekolah tidak hanya menciptakan anak didiknya menjadi
pekerja, namun juga harus mampu melahirkan orang-orang yang mampu membuka
lapangan kerja
2.4. Evaluasi Publikasi Program Penganggulanganan Pengangguran
Dari semua
informasi yang dipublikasikan oleh pemerintah masih terasa sangat umum. Padahal
kalau saja diadakan lagi informasi yang memberikan keterangan lebih rinci
mengenai penelusuran yang berkaitan dengan berita tersebut masyarakat akan
sangat terbantu.
Penulis akan
mengambil 2 publikasi sebagai sampel untuk bahan evaluasi, dikarenakan hampir
semua publikasi tersebut memiliki permasalahan yang sama. Kedua sampel
publikasi informasi terkait penanganan masalah pengangguran terseebut adalah kementerian Tenaga Kerja dan
Kementerian Keuangan.
2.4.1. Kementerian Tenaga Kerja
Judul Publikasi: BLK Terbukti Kurangi
Pengangguran
Pemerintah
memberikan informasi positif bahwa Balai pelatihan kerja dinilai efektif
kurangi jumlah pengangguran. Hal ini merupakan berita yang sangat baik untuk
masyarakat, dan dirasakan sangat menarik, khususnya bagi pengangguran.
Akan tetapi
tidak ada informasi selanjutnya yang memberitahukan cara untuk mengikuti
program tersebut. Sulit mendapatkan informasi mengenai bagaimana cara mengikuti
balai pelatihan kerja tersebut, mulai dari persyaratan, sampai cara registrasi
yang harus dilakukan.
Kemudian penyaluran
hasil didikan pun harus diinformasikan kepada masyarakat, agar para
pengangguran yang berminat mengikuti program pelatihan tersebut tahu kemana
mereka nantinya akan disalurkan setelah
berhasil mendapatkan keterampilan yang dinginkan.
2.4.2. Kementerian Keuangan
Judul publikasi : Tax Amnesti
Secara makro
pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter sebagai upaya untuk
menangani permasalahan pengangguran. Seperti pembangunan infrastruktur,
berbagai kebijakan investasi, Tax amnesty dan lain sebagainya.
Apabila investor
tertarik menanamkan modalnya maka tentu ada perusahaan yang akan didirikan,
atau untuk perusahaan yang sudah didirikan, penambahan modal bisa berkaitan
dengan penambahan jumlah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi akan
membutuhkan pula penambahan tenaga kerja yang berfungsi sebagai sebagai faktor
produksi. Kebutuhan tenaga kerja tersebut tentu akan membuka lowongan
pekerjaan.
Sehingga
seharusnya dipublikasikan pula informasi terkait Seperti berapa banyak investor
yang menanamkan investasinya setelah keringanan pajak tersebut. Berapa
perusahaan yang berhasil didirikan sebagai efek dari kebijakan tersebut, berapa
masing-masing jumlah perusahaan berdasarkan skala modal yang baru didirikan
ataupun yang sudah didirikan dan kemudian memperbesar kapasitas produksinya.
Ini merupakan
informasi penting bagi masyarakat, khususnya pengangguran. Agar masyarakat yang
membutuhkan pekerjaan tahu perusahaan apa saja yang sedang membuka lowongan
pekerjaan sehingga tahu kemana saja harus mengirimkan lamaran sebagai usaha
untuk mendapatkan pekerjaan.
2.5. Optimalisasi Program Penganggulanganan Pengangguran
Dari berbagai
permasalahan diatas, penulis berpendapat bahwa semua permasalahan itu bisa
diatasi dengan membuat 3 kebijakan, yaitu Pendataan, Public Services, dan Tim
Inovator, Bahkan sebelum kebijakan ini di operasikan dalam prosesnya pun sudah
akan berkontribusi dalam mengurangi jumlah pengangguran. Berikut penjelasan
dari ketiga Kebijakan tersebut:
1. Pendataan
Pendataan yang
dimaksud adalah dengan mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan, seperti
perusahaan apa saja yang sedang memerlukan tenaga kerja, kemudian, berapa kuota
tenaga kerja yang dibutuhkan, dan informasi lainnya yang dirasa penting dan
berkaitan dengan program penanggulangan pengangguran.
Metode dari
pelaksanaan kebijakan ini bisa dengan berbagai cara, seperti pembuatan intruksi
menteri atau permen, karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.
Metode-metode tersebut tidak bisa diuraikan secara detail dalam makalah
sederhana ini.
2. Public Services
Karena sulitnya
mendapatkan informasi yang dibutuhkan, seperti persyaratan, tata cara
registrasi, dan informasi terbaru mengenai program yang sedang berjalan. Maka
diperlukan pegawai yang bertugas memberikan informasi terhadap jawaban-jawaban
yang ditanyakan oleh masyarakat.
Jumlah pegawai
yang dibutuhkan untuk bertugas sebagai Public Services ini pasti akan banyak
jumlahnya, dari sini juga tentu jumlah pengangguran yang akan terserap menjadi
tenaga kerja juga akan bertambah.
3. Tim Inovator
Untuk
menjaga agar program-program yang dijalankan terus bertambah, sebagai upaya
untuk terus mengurangi jumlah pengangguran secara masif, maka diperlukan adanya
tim yang bertugas untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam pembuatan program
yang akan menangani jumlah pengangguran.
Penulis tidak
bisa menjelaskan secara detail seberapa banyak serapan tenaga kerja dari ketiga
kebijakan program ini karena segala keterbatasan yang dimiliki seperti waktu
dan berbagai keterbatasan material lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Rata-rata angka
penganggguran di indonesia menurut data yang diperoleh dari badan pusat
statistik berada pada angka 7 juta jiwa. Tingginya angka pengangguran di
Indonesia ini menunjukan bahwa masih perlunya diadakan program penanggulangan
yang lebih masif dan lebih efektif, agar waktu yang diperlukan untuk menekan
angka pengangguran ini tidak terlalu lama, dan jumlah pengangguran yang
terserap menjadi tenaga kerja prodiktif lebih banyak lagi.
Tingkat
pengangguran yang tinggi dikhawatirkan akan mendorong tingkat kemiskinan
menjadi lebih tinggi. Apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan berbagai
permasalahan lain yang lebih kompleks karena permasalahan pengangguran ini
berdampak pada berbagai sektor lainnya seperti pada Perekonomian, Politik, dan
Sosial.
Pemerintah
telah mengadakan berbagai program untuk menanggulangi permasalahan
pengangguran. Namun Program-program yang diadakan oleh pemerintah sekarang ini
dirasakan masih banyak kekurangan, untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari
semua pihak untuk turut bersama-sama memberikan kontribusi dalam penanganan
masalah pengangguran ini. Pemerintah sebagai Instistusi pemegang kewenangan
diharapkan dapat merangkul semua stake holder, agar mampu menciptakan peluang
kerja yang lebih luas.
Sebagai
salah satu bentuk kerjasama antara pemerintah dengan pihak terkait adalah
diperlukan adanya pengumpulan data agar bisa dijadikan sebagai bahan informasi
kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga perlu memiliki media yang dapat
menyambungkan aspirasi dari masyarakat dengan kebijakan pemerintah. Agar
program penganggulangan yang dibuat melalui kewenangan pemerintah bisa lebih
optimal dan tepat sasaran.
Untuk
benar-benar bisa menanggulangi permasalahan pengangguran diperlukan kesadaran
dari semua pihak untuk bersama-sama saling berintrosfeksi, baik dari pihak
pemerintah, pihak penganggurannya, dan
juga pihak terkait lainnya.
Pemerintah
diharapkan bisa lebih terbuka lagi dalam menerima aspirasi dari masyarakat,
peka terhadap apa yang diinginkan dan memberikan semua informasi dan bentuk
suport lainnya secara lebih cepat dan transfaran. Untuk penganggurannya sendiri
diharapkanlebih aktif lagi dalam berusaha dan menggali berbagai kreatifitas
yang bisa dihasilkan agar tidak terkesan hanya ingin disuapi saja.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bps.go.id/
https://id.wikipedia.org
http://ranupatjeh1.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pengangguran.html
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiGkrL4h5nOAhVIRY8KHUBPAAQQFggkMAE&url=http%3A%2F%2Frepo.unand.ac.id%2F1510%2F1%2FSKRIPSI.pdf&usg=AFQjCNHDb1-kwREI2gJo4uihmdkpq4h63w&sig2=JYShBuqK5qfmR-spMR99Ng
https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/326/t/instruksi+presiden+nomor+3+tahun+2003+tanggal+9+juni+2003
www.kemenkeu.go.id
www.esdm.go.id
www.pu.go.id
www.ristekdikti.go.id
www.naker.go.id
Comments
Post a Comment