Skip to main content

DICUEKIN




Baru-baru ini saya dimintai tolong mengantarkan mobil punya saudara ke car wash untuk dicuci, ya hitung-hitung sambil mengisi kekosongan waktu dengan senang hati saya membawa mobil tersebut ke tempat cuci mobil langganan saudara saya itu.

Setibanya disana sudah terlihat beberapa mobil yang menunggu antrian untuk di cuci. Setelah memarkirkan mobil, saya langsung menuju ke ruang tunggu, dan ketika dilihat ternyata diruangan itu sepi hanya ada dua orang yang sedang berbincang, padahal tadi ada beberapa mobil yang menunggu antrian.

Pikir saya mungkin yang lainnya menunggu sambil jalan-jalan dulu ke luar dan hanya menaruh saja mobilnya untuk nanti di ambil setelah selesai dicuci. Karena suasananya tidak banyak orang, hanya ada dua bapak-bapak, jadi lebih santai untuk sekedar minum kopi sambil menunggu. Jadi sebelum masuk ke ruangan tunggu saya menuju ke ruangan cashier dulu untuk memesan secangkir kopi.

Seperti biasa ketika sudah masuk ke ruang tunggu saya melemparkan senyum untuk sekedar berbasa-basi, dan dibalas pula dengan senyum yang ramah dari kedua orang bapak-bapak yang berusia sekitar 40an tersebut. Saya duduk di kursi yang berhadapan dengan mereka, karena memang posisi kursi di ruang tunggu tersebut adalah dua buah sofa panjang yang saling berhadapan dan tersekat dengan meja kaca ditengahnya.

Mereka melanjutkan percakapan mereka, sementara saya melihat-lihat dikolong meja apakah ada koran terbaru atau tidak, tapi rupanya tidak ada koran edisi terbaru. Jadi saya putuskan untuk berdiam saja sambil sesekali menyeruput kopi.

Karena jaraknya sangat dekat jadi obrolan mereka terdengar jelas. Sebelumnya saya mengira mereka sudah kenal, tetapi dari obrolan yang sedang dibicarakan ternyata mereka sama-sama customer yang sedang menunggu mobilnya dicuci. Topik obrolannya adalah tentang PLN. Ya betul ternyata salah seorang dari mereka adalah seorang pegawai PLN.

Tanpa disadari saya jadi memperhatikan obrolan mereka, dan mereka berduapun menyadarinya yang kemudian menyambutnya dengan membagi pandangan ke arah saya ketika mereka sedang berbicara. Yang banyak menjelaskan adalah bapak-bapak pegawai PLN, karena banyak ditanya oleh bapak yang satunya lagi.

Sayapun sesekali ikut nimbrung seperti ketika si bapak menanyakan pendapatan PLN dengan menglikan tarif dari masyarakat per jamnya, saya ikut menjawab berapa hasil kali antara tarif yang dibayarkan tersebut. Walaupun suasana obrolan terkesan hangat, tapi saya tidak terlalu ikut banyak nimbrung, karena ukuran usia yang terlampau jauh, jadi membuat saya agak canggung.

Rupanya bapak yang banyak bertanya ini seorang pengusaha di bidang textile, sebagai penyedia bahan baku nya. Obrolanpun berlanjut ke topik yang sangat ringan tentang kehudapan sehari-hari. Tiba-tiba datang seorang cashier yang memberitahukan bahwa mobil yang dimiliki oleh  bapak yang bekerja di PLN tadi sudah selesai, dan kemudian diapun pamit untuk mengambil mobilnya dan pulang.

Tinggalah tersisa saya dan bapak-bapak pengusaha, perbincangan pun dilanjutkan masih melanjutkan obrolan ringan yang tadi, hanya saja karena tinggal ada saya lawan bicaranya, jadi saya agak lebih sering berbicara untuk menganggapi obrolan bapak pengusaha ini. Sampai pada situasi ketika si bapak pengusaha ini bertanya.

“Kerja dimana dek?”
Dan sayapun jawab,
“Oh, Masih nganggur pak, masih ngelamar-ngelamar cari kerja”

Kemudian Si bapak pengusaha menjawab,
“Oh, iya, iya”
Dengan ekspresi yang lebih tertutup jauh dari kesan ramah beberapa detik sebelumnya.

            Tiba-tiba situasi berubah jadi super Akward, saya beberapa kali melempar percakapan tetapi ditanggapi sangat dingin dan terkesan cuek, kemudian si bapak meraba-raba saku celananya dan mengeluarkan ponselnya, kemudian kotak-katik sebentar, dan menelepon seseorang yang dia panggil Mister, membicarakan tawar menawar harga ratusan juta rupiah.

            Dalam hati, saya tertawa geli melihat tingkah si bapak ini, dan bertanya-tanya, apakah si bapak pengusaha ini memiliki pengalaman buruk dengan seorang pengangguran, atau memiliki Phobia khusus kepada pengangguran.

            Entahlah tapi yang jelas di hati saya tertawa terbahak-bahak melihat situasi ini, walaupun saya pengangguran, tapi tenang saja pak saya engagak gigit kok, kalau ngobrol-ya ngobrol saja, toh kalau cuman perkalian sederhana yang bapak njelimet mikirnya, insyaallah bisa saya jawab kok pak.

            Sampai saya pulang tidak terjadi lagi  percakapan, ternyata mobil yang saya bawa lebih dulu selesai, saya kurang tahu mengapa, tetapi mungkin bapak pengusaha ini request treatment lain untuk mobilnya jadi lebih lama.


Si bapak masih asyik dengan obrolan ratusan juta-nya di telepon, sementara saya pulang sambil senyum-senyum sendiri mendapatkan pengalaman seperti ini.

Comments

Popular posts from this blog

PT. TIGARAKSA SATRIA

Beberapa waktu yang lalu sekitar pukul 12an  siang, saya mendapatkan telepon yang ternyata dari PT. Tigaraksa Satria. Saya ditanya apakah betul saya mengirimkan lamaran via jobstreet ke Tigaraksa, dan tetntu saja jawabannya adalah “ya”.  Karena memang PT. Tigaraksa masuk dalam salah satu list perusahaan yang saya lamar pada jobstreet. Kemudian bertanya apakah bersedia mengikuti proses seleksi. Dengan yakin saya jawab “bersedia”. Ini adalah panggilan pertama dari lamaran yang dikirim melalui jobstreet, saya sangat senang sekali dan bersemangat untuk mengikuti  proses seleksi. Akhirnya pada waktu itu setelah puluhan lamaran yang terkirim dapat juga satu panggilan untuk mengikuti proses seleksi. Singkat cerita setelah semua persiapan sudah dilakukan saya berangkat untuk mengikuti proses seleksi, yang tempatnya diadakan di POLBAN Bandung. Sesampainya disana saya langsung menuju ke security untuk menanyakan detail tempat, yaitu nama gedung yang telah saya ketahui ketika d

PROJECT

            Setelah beberapa hari pencarian data secara online Alhamdulillah akhirnya makalah tentang pengangguran ini telah selesai saya buat. Makalah ini sengaja dibuat sederhana karena diusahakan dapat dikerjakan secepatnya. Yang penting gambaran secara garis besar mengenai kondisi pengangguran di indonesia sudah bisa terpeta-kan.             Sumber data yang dipergunakan untuk membuat makalah ini semuanya didapatkan secara online, karena beberapa alasan, diantaranya keterbatasan waktu dan kemampuan material saya sebagai penulis. Walaupun semua data didapatkan secara online akan tetapi lumayan memerlukan sedikit waktu, karena beberapa website kadang sulit diakses, entahlah mungkin karena servernya sedang penuh. Makalah ini berjudul :   MAKALAH PENGANGGURAN EVALUASI PUBLIKASI PROGRAM  PENANGGULANGAN PENGANGGURAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH  PADA TAHUN 2016 Saya mengambil judul ini dengan pertimbangan bahwa pemerintah sebagai pihak yang berwenang di

MAKALAH PENGANGGURAN

EVALUASI PUBLIKASI PROGRAM PENANGGULANGAN PENGANGGURAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH PADA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.      Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Permasalahan pengangguran merupakan salah satu permasalahan nasional yang telah lama dirasakan oleh bangsa indonesia. Data statistik terakhir dari badan pusat statistik mengenai jumlah pengangguran pada Februari tahun 2016 adalah sebanyak 7,02 juta jiwa, angka yang sangat besar karena banyaknya pengangguran ini bahkan mengalahkan populasi di beberapa provinsi di indonesia. Tepatnya ada 26 provin